Panasnya kota ini membuat Frau sesak. Frau enggan keluar dari ruang kelas ber-pendingin ruangan yang mempu menyembunyikan panas dan teriknya kota siang itu. Keluar kelaspun enggan, apalagi untuk pulang ke rumah kost nya yang bisa ditempuh dalam 15 menit jalan kaki. Frau tak ingin pulang.
Siang itu pukul 14.00. Kelas selesai lebih cepat dari seharusnya. Frau memutuskan untuk tidak pulang. Ia merasa ia akan lebih berguna jika tidak pulang.
Ia memutuskan untuk berdiam diri di perpustakaan kampusnya. Sendirian.
Bukan, Frau bukan tidak punya teman, ia memiliki banyak teman yang seru dan menyayanginya. Frau hanya sedang ingin sendirian.
"Frau mau kemana?"
"Gue ke perpus kayaknya. Internetan. Duluan ya. Daah!" Frau menjawab pertanyaan temannya tanpa ragu dan terkesan terburu-buru seraya melambaikan tangan ber-daah agar temannya tidak melebur ikut ke perpustakaan bersamanya.
Frau sedang ingin sendirian.
Frau melepas kacamatanya dan seketika seluruh yang ada di hadapannya menjadi pemandangan blur. Itu kebiasaan aneh Frau jika ia sedang ingin sendirian. Ia tidak mau berinteraksi dengan banyak orang. Frau pikir dengan melepas kacamatanya, ia akan menjadi seolah-olah hilang dan tak terlihat. Padahal dirinya yang tidak melihat sekelilingnya.
Sebuah laptop, telepon genggam, dan headset siap menemani Frau di perpustakaan.
Lu nulis2 lagi Git, gw jd ada bacaan lagi. Yeay :D
ReplyDelete