11/07/2021

When every sad song turns into love songs (1)

Sudah lama sejak terakhir kali aku bercerita tentang sesuatu yang sangat personal di blog. Banyak faktor yang menyebabkan aku merasa lebih nyaman menuliskan berbagai perasaan di jurnal harian pribadi secara tertulis. Tapi entah kenapa, kali ini aku ingin menulis berbagai pikiran dan perasaan di halaman ini kembali. Berbagai rasa yang jika terus disimpan sendirian, tanpa dibagikan, hanya akan menciptakan ledakan-ledakan kecil yang mungkin dengan mudah terlupakan dalam hitungan waktu. Semoga menuliskannya di sini membuatku bisa kembali mengingatnya di masa depan. Mengingat bagaimana hati manusia begitu lembut dalam memproses dua perasaan ini: cinta dan kasih sayang.

---

Selepas menutup sambungan telepon malam ini, aku diam sejenak, berbaring sambil menutup mata. Mengingat berbagai memori yang menari-nari secara acak. Dia adalah kolektor memori yang sangat baik. Banyak detail kecil yang tidak aku ingat, tapi ia ingat dengan baik. Banyak hal yang ku anggap berlalu biasa saja, tapi baginya penting dan selalu dikenang sampai sekarang. Dia adalah salah satu orang paling reflektif yang pernah aku kenal.

Orang-orang terdekatku tau, aku bukanlah orang yang suka dihubungi melalui telepon, apalagi dalam waktu yang lama. Tapi sepertinya hal ini berubah. Entah memang sekarang aku yang berubah jadi suka dihubungi melalui telepon, atau karena dia lah yang jadi teman bicaraku. Kini, setidaknya sampai hari ini, bicara melalui telepon dengannya jadi hal yang menyenangkan, seru, meski aku harus menunda berbagai pekerjaan domestik atau menggeser jam tidur karena meluangkan waktu untuk bicara dengannya di telepon. Satu jam. Dua jam. Tiga jam. Dan ada kalanya, rasanya tidak mau disudahi. Haha mungkin dia akan tertawa jika melihat tulisan ini. Perbedaan jarak, zona waktu, kesibukan, jadwal me-time, jam tidur, membuat jadwal telepon kami kadang sulit untuk 'pas', but we're working on it. Salah satunya dengan caranya "mau temenin aku nyetir ga?" dan berlalu sampai dua jam. Padahal jarak kantor ke tempat tinggalnya tidak sampai satu jam. Mungkin perbincangan kami saat itu terasa begitu nyaman.

Baru di tahun ketiga setelah mengenalnya, berkali-kali aku menemukan diriku tidak bisa berhenti senyum ketika atau selepas berbicara dengannya. Bicara tentang apa saja. Tentang harinya, tentang hariku, tentang lagu-lagu yang didengarkan, tentang kondisi lalu lintas, tentang cuaca di tempat masing-masing, tentang harapan dan keinginan, tentang perasaan. Bahkan terkadang hanya saling diam.

Aku suka dengan idenya "kalau kamu di sini, kamu pasti suka" ketika ia berpergian atau saat ia melihat sunset. Katanya, sunset di kotanya tidak pernah gagal. Aku suka dengan rencana-rencana mengunjungi berbagai tempat bersama, sesungguhnya aku sangat berharap semua rencana kami bisa terealisasi satu per satu. Aku suka dengan bagaimana ia bisa mengharagai batasan-batasan kenyamananku dan tidak memaksakan kehendaknya. Aku kagum dengan cara ia menghargai prosesku untuk mencerna semua rasa yang tiba-tiba datang. 

Saat terakhir kali kami bertemu beberapa bulan lalu, aku memutuskan untuk  memulai kembali meski dengan banyak perasaan takut dan ragu. Takut tidak dapat memenuhi ekspektasinya, takut tidak sebaik sosok dalam kepalanya, takut aku yang belum selesai dengan orang-orang di masa laluku, yang terparah adalah takut tidak bisa merasakan jatuh cinta lagi. Tapi ternyata aku salah, semakin dijalani, semakin aku berani untuk membuka lebih banyak ruang untuknya dalam hari-hariku, semakin aku bisa mengenal dan memahami. Ia pun membantuku lebih memahami diriku sendiri, percaya dengan segala rencana dan kemampuanku. Thank you for that :) Terima kasih telah membantuku untuk bisa merasakan perasaan ini lagi, jatuh cinta dan merasa dicintai sekaligus. Semoga bisa terus merawat perasaan ini dalam waktu yang sangat lama. Haha, "merawat cinta", ia suka sekali dengan kata-kata itu. Walaupun itu menggelikan, tapi ada benarnya. Memang harus dirawat, supaya tetap tumbuh.

To the one who turns every sad song into love songs, aku cuma mau bilang kalau rasanya menyenangkan bisa punya tempat bercerita, rasanya menyenangkan bisa menjadi tempat seseorang bercerita. Terima kasih telah meluangkan waktunya, selepas hari-hari yang sibuk, untuk bercerita bagaimana harimu berlalu, baik atau buruknya harimu. Besok, lusa, dan hari-hari setelahnya, mari terus berbagi cerita, menjadi tempat paling nyaman untuk melepas lelah, belajar, dan bertumbuh menjadi lebih baik untuk diri sendiri dan untuk satu sama lain.

No comments:

Post a Comment