Saya merasa bersalah, mengabaikan blog ini hampir dua bulan. Begitu banyak cerita yang sesungguhnya ingin saya ceritakan melalui tulisan-tulisan agar tidak hilang begitu saja dari ingatan. Nyatanya, saya terlalu sibuk dengan urusan akademik, bem, dan lapangan. Sebutlah saya sok sibuk. Atau sebutlah saya tidak bisa membagi waktu dengan baik. Sebenarnya masih banyak waktu, sekitar delapan jam tersisa setiap harinya (rata-rata saya sampai rumah pukul 10 malam) sebelum saya memulai chapter baru di hari baru (keesokan harinya pada pukul 6 pagi) tapi saya selalu menghabiskan waktunya dengan melamun dan berujung dalam tidur yang bangun-dua-jam-sekali, tidak pernah nyenyak, lalu sampailah pada pukul 6 pagi dan kembali memulai hari.
Terkadang ada waktu luang di siang hari (hanya hari senin sih, pukul 10 sampai 15) yang biasa saya habiskan di lantai dua perpustakaan kampus yang berdebu. Bersama laptop tua, headset yang mulai kresek-kresek, terkadang dengan belasan tab di chrome: mencari jurnal, tapi lebih sering dengan youtube dan playlist mulai dari Michael Buble, Jason Mraz, Beatles, sampai lagu-lagu indie lokal. Kemudian ketiduran di meja favorit saya di perpus sampai bangun lagi, waktu menunjukkan hampir pukul 15.00, dan saya bersiap beranjak dari perpustakaan lantai dua ke tempat selanjutnya: luas, cokelat kehijauan, dan kini jarang berpelangi lagi seperti semester lalu: lapangan olahraga di kampus.
Boleh dibilang, waktu sore saya selalu berharga, karena saya habiskan dengan mereka. Saya juga bingung kenapa saya betah sekali sore-sore di lapangan menghabiskan waktu bersama mereka. Padahal saya bisa saja memperpanjang waktu saya di perpustakaan untuk mencari jurnal atau untuk tidur. Tidur saya lebih nyenyak di perpustakaan daripada di kamar. Tapi tidak. Saya lebih senang menghabiskan waktu sore saya di lapangan. Saya bisa jadi bete sekali kalau ada agenda rapat kegiatan lain di sore hari ketika saya seharusnya berada di lapangan. Pukul 16.00 sampai 19.00 adalah waktu saya, lapangan, dan mereka. Jangan mencari saya untuk mengajak rapat di waktu tersebut, karena saya akan berberat hati untuk datang ke rapat ajakanmu atau yang paling parah saya akan pura-pura tidak tahu kalau ada ajakan rapat. Saya suka sore hari.
Setelah menghabiskan waktu sore di lapangan, barulah saya mendatangi agenda-agenda lainnya, yaitu rapat di salah satu koridor tersibuk di kampus. Tidak semua rapat saya senangi. Tapi tetap saya datangi. Itu namanya kontribusi.
Lalu pulang pukul 10 malam dengan keadaan lelah, berjalan kaki, jika malam itu sedang bulan penuh, saya akan memperlambat langkah saya dengan lebih sering menatap langit daripada menatap jalan. Menikmati bulan. Sendirian. Sepanjang jalan pulang.
Dan sekarang saya bingung mengapa saya menulis tulisan diatas. Padahal ada satu hal yang ingin saya ceritakan. Hal-hal yang beberapa bulan ini mengganggu, hilang, kemudian dengan tanpa aba-aba kembali mengganggu lagi. Mungkin tidak bisa dalam satu tulisan saya menceritakannya. Jadi saya mulai dengan tulisan diatas.
Lalu apa yang mengganggu?
Entah, biarlah jari jemari yang akan menekan huruf per huruf merangkai kata tentang si pengganggu yang membuat saya sering melamun, berpikir, dan menolaknya.
Semakin kuat saya menolak, semakin sering ia mengganggu.
yohoooooo #2
ReplyDeletesiapa nih
Delete