8/31/2015

Juli 2015: Jakarta-Lumajang #1

Setelah satu tahun berencana untuk benar-benar pergi mengunjunginya dan satu semester mempersiapkan fisik demi kelancaran saat mengunjunginya.
Hari yang dinanti akhirnya tiba.

Semeru, kami datang.

Sabtu, 25 Juli 2015
Perjalanan dimulai dari Bogor. Saya dan dua orang teman saya; Ninis dan Fadhil, berangkat dari rumah saya diantar ke Stasiun Bogor oleh kedua orang tua saya dengan pesan terakhir sebelum kami turun dari mobil "Gausah selfie-selfie ya, ati-atiii..." mengingat beberapa waktu sebelum keberangkatan kami, ada wisatawan di Pantai Sawarna yang terbawa ombak karena selfie.
Perjalanan di commuter line saja sudah terasa dramatisnya. Saya dan Ninis hampir berpisah dengan Fadhil karena kita loncat ke kereta di jalur sebelah. Untung akhirnya Fadhil ikut loncat juga tepat sebelum kereta yang semula kita naiki menutup pintunya dan melaju...

Dari Stasiun Bogor, kami menuju Stasiun Juanda dan kemudian naik taksi ke Stasiun Senen.
Di Stasiun Senen, kami bertemu dengan satu sahabat kami yang menggenapkan perjalanan kami dari Jakarta menuju Malang, Rizky Varian!



Perjalanan dengan Kereta Api Matarmaja tidak semulus yang seharusnya. Bahkan belum memasuki stasiun Bekasi, lokomotif kereta yang kami naiki harus diganti. Sekitar satu jam kami menunggu sampai kereta jalan kembali. Selebihnya, perjalanan lancar-lancar saja. Kami membunuh waktu dengan menjadi penjaga pintu gerbong, main abc lima dasar, makan, dan selebihnya adalah tidur. Jadwal sampai di Malang telat sekitar satu setengah jam.

nu friend of us, Maja, zebra kecil penikmat senja.


these people: love to if-you-get-lost-in-the-densest-forest-i-will-find-you level

Minggu, 26 juli 2015
Senang sekali rasanya ketika keluar dari kereta pukul lima pagi lebih sedikit, menghirup udara yang sejuk, tidak mendengar sesuatu yang bising. Stasiun Malang pagi itu tidak seramai Jakarta. Saya suka. 
Lebih bahagia lagi ketika ada seorang mbak-mbak di pintu keluar yang dengan hangat menyambut kedatangan kami. Anggieta Januariska dan keluarga, yang menagangkut empat orang dengan daypack dan carier ini dari Malang ke Lumajang dan menampung kami selama di Lumajang.

morning nasi pecel

Jarak Malang-Lumajang sekitar tiga jam dan sepanjang perjalanan itu, saya tidur pulas.

Sesampainya di rumah Anggieta dan keluarga, di Lumajang, kami beristirahat. Dan ketika sedang menikmati santap siang. tiba tiba....
"Eh ini gue yang pusing apa gimana?"
..... semua diam dengan piring dan sendok di tangan.
Gempa. Ya, siang itu, pada hari pertama di Lumajang, kami disuguhi gempa yang cukup kencang.

Setelah merasakan gempa yang mengejutkan, kami melanjutkan dengan packing, packing, dan packing sampai malam.

Perjalanan ke semeru tidak hanya dilakukan oleh kami berlima. Anggieta membawa pasukan yang sangat banyak dalam perjalanan ini yang tentunya membuat hari-hari kedepan akan semakin berwarna.


"Twenty years from now you will be more disappointed by the things you didn’t do than by the ones you did do. So throw off the bowlines, sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover."

3 comments: