8/08/2013

Selamat Hari Raya Idul Fitri
1 Syawal 1434 H

Setelah berpuasa satu bulan lamanya. Berzakat fitrah menurut perintah agama. Kini kita beridul fitri berbahagia. Mari kita berlebaran bersuka gembira!
Lagunya Tasya.

Alhamdulillahirabilalamin. Puji dan syukur gue panjatkan kepada Allah swt, Tuhan Semesta Alam atas karunia dan kemurahannya masih mengizinkan gue berpuasa di Bulan Ramadhan tanpa kekurangan suatu apapun.
Puasa tahun ini terasa gak berasa. Antara senang dan sedih akhirnya bertemu di 1 Syawal. Senang berlebaran. Sedih akan apa yang udah gue lewati di 29 hari terakhir; tarawih bolong-bolong, tadarus gak selesai-selesai, tausiah asrama yang enggak gue kumpulin ke kakak asrama (itu artinya nilai asrama gue bakal jelek kali).

Ini lebaran terkrispi yang pernah gue rasakan. Kalau lebaran tahun-tahun kemarin.....tetep krispi sih.
Pembeda lebaran dengan hari-hari lainnya cuma dua, Solat Ied dan Ketupat (lagipula gue enggak suka ketupat, dengan memakan nasi di hari raya menambahkan kesan enggak begitu spesial buat gue). Kalau makanan seperti opor ayam dan kawan-kawannya, nyokap gue sering bikin di hari biasa.
Lebaran kali ini enggak kayak potongan lagu Tasya Kecil di atas, bersuka gembira.
Bahkan, lebaran tahun ini gue sama sekali enggak beli baju baru. Gue merasa sangat dewasa dalam hal ini, lagi pula enggak lebaran juga gue beli baju baru. Berlebaran bukan berarti berbaju baru, bukan?

Bedanya, Solat Ied tahun ini sedikit lebih rame. Gue selalu Solat Ied di IPB. Setelah solat, kembali ke rumah, suasana jalanan sepi sekali. Maklum, daerah rumah gue adalah daerah mahasiswa, banyak kos-kosan. Perkampungan (elite) bukan komplek perumahan or something. Sedangkan mahasiswa pada pulang ke kampung masing-masing. Jadi sepi banget. Ini yang enggak gue suka, penghuni pemukiman di daerah rumah gue bukan manusia-manusia asal daerah sini. Jadi, perkampungan yang identik dengan hal-hal menarik (khas-khas kampung gitu) di hari-hari besar, bener-bener gak ada disini. Lengang. Tenang. Sepi. Ya ada sih penduduknya tapi gak rame.

Suasana rumah saat lebaran juga enggak ada bedanya sama hari-hari biasa. Mungkin bokap dan nyokap gue aja yang sedikit lebih sibuk menerima tamu yang datang silih berganti. Sedangkan gue duduk di ruang tv, nonton tv.

Kosong.

Ini hari lebaran atau cuma hari kamis?

Ditambah lagi saudara-saudara gue di Bogor yang lagi pada mudik ke Malang. Jadi gue nggak bersilaturahmi ke mana-mana. Ditambah lagi dengan perasaan ketidakmenangan gue di hari kemenangan.
It's just like another day with Solat Ied in it.

Tapi kekosongan ini mungkin berlipat kali dengan apa yang dirasakan oleh pak satpam yang tadi jaga parkiran di IPB, pak satpam yang jaga pos di pintu masuk IPB. Panitia Solat Ied. Penjaga gerbang tol. Polisi Lalu Lintas. Penjaga palang lintasan kereta api. Supir taksi. Supir bis. Masinis. Presenter berita. Kameramennya. Penjaga toko di mall-mall yang hari raya juga tetep buka. Mahasiswa yang enggak bisa pulang ke kampung halamannya. 
Mungkin mereka lebih kosong, mereka enggak berlebaran bareng keluarga. Mereka enggak di rumah, makan ketupat bareng keluarga. Mereka bekerja. Bekerja untuk kepentingan umum.
Semoga dibalik segala kekosongan yang berlipat-lipat kali kosongnya, Allah menambahkan berlipat-lipat kali keberkahan di hari raya untuk mereka, untuk keluarga mereka.

Bersyukurlah,
bersyukurlah atas nikmat kosong di hari ini.
Bersyukurlah atas ketidakmenangan di hari kemenangan ini.
Bersyukurlah kamu yang masih berkumpul bersama keluarga untuk sekedar menonton televisi.
Selalu bersyukur atas nikmat yang Dia berikan di setiap tarikan napasmu.

Selamat Hari Raya Idul Fitri.
Selamat lebaran!