Sakral ini tanggal.
27 Maret 3013.
Tepat empat tahun setelah pendakian pertama gue ke Gunung Gede.
Jangan tanya sudah berapa pendakian yang gue lewati seteah pendakian pertama gue empat tahun yang lalu ini, karena jawabannya adalah nol.
Gue belum naik gunung lagi setelah pendakian pertama gue ini.
Kalau ada orang nanya apa pengalaman terseru gue selama gue hidup, mungkin jawaban gue: naik Gunung Gede.
Gue melakukan perjalanan ini bersama beberapa teman kakak gue yang akan gue sebut satu per satu secara alfabetis. Deka, Denny, Dipa, Doni, Gio, Gita, Haris, Nanda, Ncuy, Nunuy, Raydi, Siska, dan Tegar. Di antara nama-nama yang telah gue sebutkan, pada saat itu hanya gue dan Dipa yang masih kelas 2 SMP. Gue, adiknya Gio. Dipa, adiknya Tegar. Selain gue dan Dipa, mereka semua kelas 2 SMA. Sebagian besar anak pencinta alam sekolah mereka.
Gue masih inget detil perjalanan gue menuju Gunung Gede.
Pertama, kami kumpul di smansa buat packing ulang. Setelah packing ulang, kami cabut ke Terminal Baranang Siang dan naik kendaraan L 300 menuju Gunung Putri dengan tarid 13.000 rupiah per orang. Setelah sampai di Pasar Cipanas, kami makan dulu di sebuah warteg. Selain pengalaman pertama gue naik gunung, ini juga merupakan pengalaman pertama gue makan di warteg. Agak bingung juga waktu itu gimana cara makannya. Jangan tanya juga sudah berapa kali makan di warteg setelah pengalaman pertama gue empat tahun yang lalu, karena jawabannya adalah nol.
Setelah makan di warteg itu, kita naik angkot menuju Gunung Putri dengan tarif 3000 rupiah.
Oh iya, sebelumnya gue bilang ini adalah pendakian pertama gue ke Gunung Gede, kok malah ke Gunung Putri? Jadi begini, pendakian ini bukan pendakian individu aja. Tapi pada saat itu bertepatan dengan ulang tahun Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, maka ada acara opsih bersama Avtech. Gunung Putri adalah start kita, tempat registrasi ulang dan sebagainya.
Maka, setelah kita sampai Gunung Putri, kami registrasi ulang, dapet kaos, id card, dan lain sebagainya, kami pun bersiap mendirikan tenda untuk bermalam disana. Yang mendirikan tenda nya sih para lelaki.
Tempat kita bermalam pada saat itu belum lah tinggi, tapi udah dingin aja. Pagi harinya, kami bersiap-siap. Packing ulang. Beresin tenda dan barang lainnya. Dan...... perjalanan sesungguhnya baru dimulai. Waktu itu gue cuma bawa backpack. Tapi berat banget. Dan capek banget. Track nya cukup melelahkan untuk seorang pemula seperti gue. Apalagi pemula yang gak pernah latihan fisik kayak gue. Jalan dikit, istirahat, jalan lagi, istirahat lagi. Tapi gue beruntung, kakak-kakak disana baik semua :) Meskipun jalannya menanjak, gak sedikit juga bonus track nya. Kata orang sih idealnya 6 jam nyampe Surya Kencana, tapi kayaknya pada saat itu gue lebih dari 6 jam, karena gue nyampe Surya Kencana udah sore.
Meskipun pas di jalan sempet kehujanan dan cuma pake jaket parasut seadanya. Basah. Tapi setelah melalui tanjakan terakhir...... dan sampai di Surya Kencana.......... semuanya kebayar.
Surya Kencana
amat
sangat
indah
siapa yang bisa menolak indahnya padang luaaaaas isinya edelweiss semua
siapa yang bisa nolak
siapa
si
a
pa
Malam pertama
Haha sub topicnya kurang banget. Jadi, malam pertama gue habiskan dengan kedinginan. Makan makanan yang dibikin sama lelaki-lelaki itu, rasanya enak kok. Iya lah enak, gue tugasnya makan aja. Yang gak kalah menyenangkannya adalah, kami punya tetangga yang friendly abis (mengingat kita gak naik sendirian, jadi ada banyak tenda berdiri di sekeliling tenda kami). Gue masih inget bagaimana dia, gue lupa namanya, memanggil kami dengan sebutan "Hei tetanggeeee" yang khas. Aih kangen.
Malam pertama juga gue habiskan dengan sky gazing, kenapa sky gazing bukan star gazing? Soalnya waktu itu mendung, jadi sky gazing aja. Sempet juga sih star gazing, cuma waktu itu malem banget. Gue gak akan pernah lupa sama pengalaman pertama gue sky gazing di tanah setinggi itu. Deket sama langit. Enggak ada bangunan apapun yang ngehalangin indahnya langit. Di tengah luasnya padang edelweiss, Alun-Alun Surya Kencana, dalam pelukan dinginnya malam. Ini membuat gue sadar kalau manusia itu kecil banget. Bukan apa-apa.
Setelah itu gue tidur, nyiapin tenaga buat liat sunrise di Puncak Gede.
Pagi pertama
Gue bangun pagi-pagi sekali, mungkin jam 3. Karena memang butuh waktu untuk nyampe puncak. Dingin parah. Bikin badan kaku ke tulang-tulang. Dan kita nyampe puncak kepagian -_- langitnya masih gelap. 2 hours earlier is better than one minute late, kan? Seru banget :)
Siang pertama
Siang ini agendanya operasi bersih, walaupun gue gak ikut keliling untuk cari sampah, tapi dari trash bag yang manusia-manusia gunung lainnya bawa berisi barang yang seharusnya gak ditinggal gitu aja di gunung (sam pah) udah ketauan aja kalau masih banyak sampah yang harusnya nggak ada di sana.
Oh iya, ternyata kalau siang-siang enggak dingin, tapi malah panas terik sekali.
Malam kedua
Malam kedua gak ada cerita yang menarik buat di tulis. Bukan karena ngebosenin, tapi karena memang malam kedua cuma diisi dengan makan, hujan, kedinginan, tidur cepet, karena besoknya mesti pulang. Iya pulang, berat banget kakiku untuk melangkah jauh dari indahnya sebagian kecil dari ciptaan Tuhan ini.
Pagi kedua
Sarapan, beresin tenda, packing ulang, dan.... pulang.... .... ... ... .. .
Kalau jalur pendakian gue lewat jalur Gunung Putri, pas pulang kami lewat jalur cibodas. Menurut gue sih medannya lebih landai, cuma untuk dipake turun, tetep aja berat. Enakan nanjak, karena kalau turun kaki kita harus nahan badan. Pegeeel. Gue nyampe cibodas sekitar magrib. Padahal cabutnya dari pagi, sebelum jam 12 lah (gue lupa).
Mau secapek apapun sebuah perjalanan, akan menjadi kesenangan tersendiri buat gue. Mau sesingkat apapun gue di Surya Kencana, otak gue akan selalu menyimpan rekaman gimana indahnya Surya Kencana.
Ini perjalanan pertama gue. Dan gue harap bukan perjalanan terakhir gue, meskipun empat tahun telah berlalu tanpa perjalanan yang sangat berkesan seperti ini.
Perjalanan ini sukses bikin gue ketagihan. Ketagihan naik gunung.
Kata Gio, kita bisa tau gimana sebenernya sifat orang kalau di gunung. Apakah dia egois. Apakah dia care. Apakah dia menyenangkan. Atau apakah dia yang lainnya.
Dan sekarang gue juga mengerti bahawa orang yang habis naik gunung itu akan sedikit banyak berubah. Gue mulai nge-blog karena gunung. Bisa kalian liat, (tapi please jangan), postingan awal gue adalah jurnal pendakian gue pertama ini. Tapi tulisannya masih culun banget (sekarang juga masih belajar sih...)
Sekarang gue ngerti, how naik gunung (traveling in general) could change people in positive way.
Tanpa bermaksud menggurui, bagi kalian para pencinta alam yang suka naik gunung atau kegiatan outdoor lainnya, please sampahnya dibawa sampe kalian nemu tempat sampah. Jangan buang sampah sembarangan di alam, kasian alamnya. Mereka gak akan bisa ngebersihin lingkungannya sendiri tapi kita yang bisa.
Don't take anyhing but pictures and don't leave anything but footsteps.
Sebagai penutup postingan ini, gue mau bilang makasih buat Gio yang udah ngajak gue kesana, dan untuk teman-teman Gio yang mau membimbing gue dari nanjak sampe turun lagi. Dan, gue mau lagi. Ajak gue lagi ya! :D