8/27/2016

Papandayan, 24-25 Agustus 2016

Satu tahun berlalu sejak pendakian terakhir ke Semeru pada Juli 2015. Alhamdulillah kali ini masih diberikan kesempatan untuk kembali berjalan jauh menikmati alam di ketinggian.

Gue punya circle sendiri untuk kegiatan mendaki, tetapi pada perjalanan kali ini, pendakian dilakukan bersama teman-teman diluar kelompok mendaki biasanya. Mereka teman-teman kuliah dan ada juga teman-teman yang memang baru kenal di perjalanan kemarin. Meskipun begitu, tim perjalanan kali ini sangat hangat dan menyenangkan. Perjalanan ini terdiri dari 8 orang; 4 laki-laki dan 4 perempuan. Alghi, Faatih, Faisal, Wafi, Gita, Caca, Rindy, dan Papu.

Selasa, 23 Agustus 2016 - 23.00
Kami berkumpul di rumah Wafi sebagai meeting point (Desa Ciela, Kecamatan Bayongbong) untuk bercengkrama dan packing ulang barang-barang. Seperti perjalanan pada umumnya, beban yang dibawa para lelaki pasti lebih berat karena mereka membawa peralatan kelompok. Sedangkan isi tas perempuan lebih didominasi oleh kebutuhan pribadi, jika pun ada barang kelompok, biasanya itu adalah bahan makanan. Kami packing sampai jam 00.30 dan dilanjutkan dengan istirahat untuk menyambut datangnya pagi.

Rabu 24 Agustus 2016 - 09.00
Setelah sarapan, packing akhir, dan persiapan berangkat, kami berangkat dari meeting point pukul 9 pagi. Angkutan yang digunakan selanjutnya adalah angkot berwarna putih biru jurusan Cikajang-Terminal Guntur dan turun di Cisurupan, pintu masuk Gunung Papandayan, dengan tarif Rp5.000 per orang. Sebenarnya ada angkutan alternatif yaitu naik elf dengan tarif yang sama.
Perjalanan menggunakan angkot putih biru itu sekitar 30 menit dan kami tiba di pintu masuk Papandayan sekitar pukul 09.30. Kami melanjutkan perjalanan ke atas (Camp David) dengan sebuah pick up seharga Rp190.000. Pick up yang digunakan berkapasitas maksimal 15 orang.
Jika rombongan kecil, bisa menggunakan ojek seharga Rp30.000 per orang atau bisa juga bergabung dengan rombongan lain untuk menggunakan pick up.

Kami pun tiba di gerbang Papandayan, disitu kami mengurus tiket masuk/simaksi dan segala perizinan. Tarif camping saat ini adalah Rp55.000 saat weekdays dan Rp65.000 saat weekend. Memang cukup mahal karena Gunung Papandayan tidak lagi dikelola oleh BKSDA tetapi kini dikelola oleh pihak swasta. Tapi segala fasilitas disini memang sangat baik, sampah pun tidak begitu banyak bertebaran meskipun memang masih ada sampah di sembarang tempat. Mungkin karena kami mendaki di weekdays dan bukan weekend maka terlihat bersih.

Setelah mengurus simaksi, beristirahat sebentar, persiapan pendakian, akhirnya kami mulai berjalan pukul 10.45. Track yang dilalui pertama kali adalah track bebatuan dan dihiasi dengan kawah-kawah yang berasap. Sangat dianjurkan menggunakan masker agar tidak terlalu banyak menghirup belerang dari kawah-kawah tersebut.


Track papandayan memang cukup ringan, namun ada beberapa tanjakan yang membuat napas terengah. Tapi pemandangan dihadapannya akan menghilangkan lelah yang terasa.



Warung, ya disana banyak warung, tak hanya di camp area, tetapi di beberapa pos perjalanan pun tersedia beberapa warung. Sayangnya pada hari itu tidak banyak warung yang buka, kabarnya warung banyak yang buka jika weekend karena saat weekend akan lebih banyak pendaki yang datang.


Jika mulanya track yang didaki tidak berpohon sama sekali, kali ini mulai memasuki hutan-hutan, cukup melindungi kulit dari panasnya sengatan matahari saat itu.

Ada 2 camping ground di Papandayan yaitu Ghober Hut dan Pondok Saladah. Camp Pondok Saladah terletak sedikit lebih jauh daripada Camp Ghober Hut dan camp inilah yang lebih diminati para pendaki. Kami pun sampai di camp Pondok Saladah pukul 12.30. Itu artinya perjalanan dari start jalur pendakian hanya selama 1 jam 45 menit. Kok cepet banget ya haha.
Sesampainya di Pondok Saladah kami langsung mencari spot camp. Beruntungnya hari itu benar-benar sepi pengunjung. Camp kami sangat dekat dengan toilet (iya, toilet!) dan sumber air. Airnya sangat dingin dan menyegarkan sekali.


Sebagian memasang tenda, sebagian lainnya memasak. Menu makan siang kali itu adalah nasi + sosis + sarden. Setelah melepas lelah, kami melanjutkan kegiatan kami di camp saja dengan bermain kartu sampai malam menjelang.
Kami mulai bersiap-siap untuk masak makan malam dengan menu nasi + sop + telur. 

Ada yang perlu diperhatikan jika berkunjung ke Papandayan. Disana banyak babi hutan yang berkeliaran di malam hari mencari makanan. Maka dari itu, tenda dan sekitarnya harus bersih dari makanan dan bau makanan, kalau tidak akan disinggahi babi hutan. Kabarnya babi hutan disana ukurannya sebesar ukuran anak sapi. Babi hutan yang paling besar dan paling diwaspadai bernama Omen.

Malam itu kami tetap menikmati makan malam kami sambil tetap waspada jika kawanan babi hutan tiba-tiba datang. Beruntungnya tidak terjadi apa-apa saat kami makan malam tapi di beberapa tenda yang agak jauh dari camp kami terdengar suara riuh untuk mengusir babi hutan. Selesai makan, kami langsung membersihkan sisa makanan. Nesting dan logistik makanan disimpan dalam satu trash bag dan digantung diatas pohon, ini adalah salah satu cara menghindari babi hutan. Menurut petugas di Pondok Saladah, kita pun bisa menghindari babi hutan dengan menyalakan api unggun dan menyalakan lampu agar di sekitar camp terang, dengan begitu babi hutan tidak akan menghampiri.

Selesai makan malam kami melakukan kegiatan yang mungkin sulit dilakukan apabila kami sedang berada di perkotaan. Stargazing! Bagi gue pribadi, stargazing adalah hal yang paling gue sukai dan harus dilakukan ketika melakukan perjalanan ke gunung. Selain tempatnya tinggi, gunung juga gelap, tidak ada polusi cahaya, sehingga bintang dapat terlihat. 
Tidak di setiap pendakian stargazing dapat dilakukan. Banyak faktornya, entah karena langit berawan, gerimis, bahkan hujan, atau karena angin yang terlalu kencang, menusuk, dan membekukan tubuh yang memaksa kita untuk masuk tenda dan menghangatkan tubuh. Namun malam itu kami mendapat bonus yang tak hingga. Langit malam itu sangat cerah, bintang muncul satu per satu, belasan, puluhan, ratusan bintang, bahkan terlihat jelas sabuk galaksi bima sakti. Kami tidur-tiduran di atas matras menatap langit luas sambil bercanda, bernyanyi, bercerita tentang masa depan. Kami menikmati setiap kelap-kelip bintang di langit. Sesekali mengucap syukur atas apa yang dilihat dan berdoa agar bisa melihatnya lagi di waktu-waktu mendatang.

Sepertinya momen ini yang akan gue rindukan kedepannya, karena pada pendakian-pendakian sebelumnya, jarang sekali ada kesempatan stargazing seperti malam itu. It simply made my eyes teary when I'm writing this. Terlebih ketika pada akhirnya gue berhasil mengabadikan apa yang gue lihat dalam bentuk foto. Akhirnya terelalisasi juga bikin foto langit malam. Untung bawa camera yang support.


Malam semakin malam, waktunya masuk tenda, bersiap tidur untuk mempersiapkan fisik perjalanan ke Hutan Mati dan Tegal Alun keesokan harinya. Semua masuk tenda kecuali Alghi dan Faatih yang masih chillin' di luar sampil mengajak ngobrol beberapa orang. Saya dan teman-teman perempuan mendengar percakapan diluar sana. Alghi memang paling pandai masalah basa-basi sama orang lain. Orang pertama yang diajak mampir nampaknya akang-akang petugas yang berjaga. Setelah petugas itu pergi, diajak pula rombongan lain untuk mampir yaitu anak-anak STAN. Makin nyambunglah mereka karena sama-sama orang Bintaro. Haha. Saat rombongan STAN itu hendak pamit, tiba-tiba ada suara heboh bersumber dari mereka karena mereka melihat babi hutan. Gue pribadi panik sendiri di dalam tenda, menenggelamkan diri di dalam sleeping bag, menutup muka dengan kedua tangan, takut-takut babi hutan itu tiba-tiba nyeruduk tenda kami. Hahaha. Tapi untungnya tidak. Alghi dan Faatih tetap ngeronda sampai beberapa saat kemudian.

Kamis, 25 Agustus 2016 - 03.30
Kami sepakat untuk bangun pukul 03.30 untuk berangkat pukul 04.00 ke Hutan Mati dan menikmati sunrise disana. Kami bangun tepat waktu, tapi persiapan keberangkatan kami yang lama sekali sehingga kami berangkat ke Hutan Mati pukul 04.45 haha. Sambil terburu-buru karena langit hitam sudah mulai berubah warna menjadi jingga dan biru. Perjalanan dari Pondok Saladah ke Hutan Mati hanya memakan waktu sekitar 20 menit. Sesampainya disana, kami langsung menunaikan sholat subuh.
 

Rasanya selalu ada kesenangan dan kepuasan tersendiri setelah melihat sunrise atau sunset. Karena pemandangan ini tidak setiap hari dilihat maka gue berusaha menikmati setiap momennya.


Matahari sudah menunjukkan wajahnya, pertanda pagi telah datang, perjalanan selanjutnya akan dilakukan. Perjalanan selanjutnya adalah menuju Tegal alun, padang edelweis nya Papandayan. Kali ini track nya gak santai lagi, menanjak dan menanjak. Butuh sekitar 1 jam untuk menaiki jalur menuju Tegal Alun. Sayangnya, gue sama sekali tidak mengeluarkan kamera dan mengabadikan track menuju Tegal Alun.

Kami tiba di Tegal Alun sekitar pukul 8 pagi. 

a simple family picture

Satu jam di Tegal Alun dihabiskan dengan berfoto hahaha. Baru dalam perjalanan ini gue foto banyaaak banget, biasanya cuma satu atau dua kali bahkan bisa sampai lupa buat foto-foto.


Pukul 9 pagi kami memutuskan untuk kembali ke camp. Gue selalu berjalan lebih kambat jika dalam perjalanan turun, apalagi dengan jalur securam jalur Tegal Alun ini. Kami sampai camp pukul 10 kurang, langsung bersiap untuk masak besar (ngabisin logistik) dengan menu nasi + telor + sosis + mie goreng. 

Kami selesai masak dan packing sekitar pukul 12.30. Dan kami langsung turun, pulang. Di jalan penuju Camp David kami sempat berhenti agak lama karena kabut sangat amat tebal. Kami sampai Camp David pukul 14.45 


Dan selesai sudah perjalanan Papandayan bersama 8 orang hangat yang menyenangkan. 
Alghi sosok leader dalam perjalanan kali ini. Terimakasih sudah mempersiapkan perjalanan ini dengan detail dan selalu sabar dalam perjalanan. Alghi juga ramah dan suka banget basa-basi bikin cepet akrab sama orang-orang.
Faatih sosok yang segala bisa dalam perjalanan ini, hobi banget nyuci nesting dan bersih-bersih. Paling mau bawa yang berat-berat. 
Isal sosok yang memudahkan perjalanan kami terutama di bagian simaksi. Terimakasih khusus untuk ibu Isal :D. Jangan melawan Isal karena Isal selalu benar.
Wafi sosok logstran temennya Faatih yang mau cari kayu bakar buat api unggun, sukanya sujud dimana-mana hahaha.
Buat Caca yang baru pertama naik, gue bangga banget sama Caca! Kuat dan gak ngeluh. Mau ngelawan rasa capek dan dingin. Bendahara kesayangan kami semua sehingga kami bisa surplus dan makan nasi padang dan martabak sebagai farewell.
Rindy yang juga baru pertama kali naik, sama seperti caca. Sama kuatnya. Bisa melawan rasa takut ketinggian demi Tegal Alun. Rindy sang pemeberi sunblock yang membuat wajah Faatih dan Alghi putih haha. Rindy juga yang paling suka foto-foto dengan tongsis dan kamera fake nya.
Satu lagi, Papu yang entah kenapa suka banget bikin gaya dan koreo yang aneh-aneh tapi ujung-ujungnya fail. Papu sang penunjuk jalan tapi sering lupa arahnya kemana. Hahaha

Dan sekali lagi, mendaki gunung bukanlah tentang puncak. Bahkan kami gak tau puncak Papandayan ada di sebelah mana. Perjalanan ini adalah tentang perjalanan itu sendiri. It's not about the destination but the journey. Tentang bagaimana nyiapin logistik, transport, packing, masak, bangun tenda, main kartu, stargazing, mewaspadai babi hutan, dan segala bentuk kesenangan lainnya. Gue sangat bersyukur bisa gabung dalam pendakian kali ini bersama mereka. Terimakasih sudah mau menerima gue hahaha. Semoga tidak kapok.

Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan sehingga bisa melakukan perjalanan-perjalanan selanjutnya.

#NowPlaying Sherina - Lihatlah Lebih Dekat (lagu ini semacam soundtrack perjalanan kami kemarin haha)


"The world is too big to stay in one place
and life is too short to do just one thing."

P.S. Farewell to beloved headlamp of Alghi dan Gita yang tertinggal menggantung di salah satu pohon di hutan mati. Semoga mereka diselamatkan oleh tangan-tangan yang tepat :(

2 comments:

  1. & Gita. Sang fotografer handal dgn jiwa petualang sherina (?) Terimakasih utk jepretan & tulisan indahnya berupa 1 kisah klasik dr 8 org mahasiswa dgn ke"unik"annya msg2 (HAHA) yg berhasil dikemas dgn manis. Nice touch <3

    ReplyDelete
  2. Keren Gitaaa jepretan lu ;-)

    ReplyDelete