12/08/2014

Jogjakarta di Akhir November

Give me a break, a little escape yang diteriakin dari pertengahan bulan November sedikit berkurang.
Ditengah kesibukan yang mulai membosankan: berangkat kuliah jam tujuh pagi, pulang dari suatu kegiatan fakultas yang selalu lebih dari jam sepuluh malam, rutin, setiap hari dalam sebulan terakhir, akhirnya gue beserta beberapa teman SMA pergi jauh dari kampus. Pergi jauh dari Bogor.

Perjalanan ini sebenarnya bukan hanya perjalanan kabur dari rutinitas, tapi sekaligus merayakan kelulusan D1 Bea Cukai STAN-nya Egi dan perpisahan sama Egi karena dia mau ditempatkan di antah berantah.

Pasukan kecil dalam perjalanan kali ini adalah:
Andina Nuraini Ginoga, teman satu meja di SMA selama dua tahun yang kini juga menjadi teman saku kelas di kampus. 
Egi Pratama, ketua kelas pas SMA yang baru lulus dan siap ditempatkan di antah berantah.
Ian Alpharido, teman kelas SMA yang berhasil menurunkan berat badannya lebih dari tiga puluh kilo. 
Rizky Farhan, teman kelas SMA yang kuliah di Undip, tukang marah-marah, ga respect sama orang, suka ngeluh, angkuh, tapi baik sih....sedikit.

Perjalanan dimulai dari Bogor, tepatnya dari kampus tercinta.
Gue dan Andina baru selesai responsi jam enam sore. Responsinya kuis pula. Setelah selesai responsi, gue dan Andina langsung pergi menuju Stasiun Bogor.
Di Stasiun Bogor, gue bertemu dengan Egi, AAA kangen Egi.
Jam 19.45 kami berangkat dari Stasiun Bogor dengan kereta tujuan akhir Jakarta Kota dan kami turun di Stasiun Juanda.
Dari Stasiun Juanda kami naik taksi ke Stasiun Senen. Dan sampailah kami di Stasiun Senen pukul 21.30!

Ada satu hal yang menarik di Stasiun Senen, ternyata ada layanan cetak tiket mandiri, dimana kita gak perlu lagi ngantri di loket untuk menukarkan bukti pembayaran reservasi tiket (apabila kita reservasi tiket online), tapi kita bisa cetak tiket itu sendiri di salah satu sudut Stasiun Senen.
Setelah mencetak tiket, kami bersiap memasuki peron. Petugas yang menjaga pintu masuk meminta tiket beserta KTP, kami menunjukkan tiket beserta KTP. Daaan perjalanan panjang dimulai.

Kami naik kereta Bogowonto dengan jam keberangkatan pukul 21.55 tujuan akhir Stasiun Tugu Yogyakarta. Kereta ini berangkat lebih cepat, 21.53. (atau jam gue yang lambat? haha entahlah)
Perjalanan ini dimulai dengan ngobrol kangen-kangenan sama Egi, dan sisanya gue tidur. Biasanya di perjalanan gue bisa tahan ngantuk. Tapi kali ini gue merasa sangat lelah.




Selamat pagi! Kami tiba di Jogjakarta pukul enam pagi. Udara dan suasana yang sudah tidak asing lagi dan tetap menjadi favorit. Kota yang masih gue anggap sebagai kota yang masih kental budayanya, meskipun katanya, Jogja yang sekarang bukanlah Jogja yang dulu. Meskipun sekarang semakin ramai dan semakin metropolitan, Jogja tetaplah Jogja, enak makanannya, keren tempat wisatanya, murah jajanannya, dan ramah-ramah penduduknya.


Yay, pagi hari di Malioboro. Jadi ingat setahun lalu, selepas Ujian Nasional SMA, berdiam satu minggu di Jogja, tiada hari tanpa pergi ke Malioboro.
Kali ini, jangankan ke Malioboro setiap hari, untuk belanja gelang sekalipun, kami tidak sempat. Hahaha. Liburan kali ini amat sangat padat. Ke Malioboro hanya numpang lewat.



Sebenarnya Ian janji untuk jemput di Stasiun, namun ia tidak memberi kabar lebih lanjut. Karena belum makan sejak kemarin malam, kami inisiaif mencari apa saja yang mengenyangkan di daerah Malioboro. Kami gak tau apa yang kira-kira sarapan recommended di daerah Malioboro, tapi kemudian kemi lihat ada penjual nasi pecel, dan kami makan disana. Meskipun gue tau makanan pagi itu bukanlah sarapan terbaik Jogja, tapi sarapan pagi di jalan Malioboro itu Jogja banget!



Kami selesai sarapan dan melepas lelah dipinggiran jalan kira-kira pukul delapan pagi. Ian masih belum ada kabar.
Ian kemudian datang pukul sembilan pagi, setelah satu jam kami menunggu di McD Malioboro Mall. Setelah itu kami berempat mencari penginapan. Kali ini gue dan Andina mencari penginapan yang super murah. Ian mengantar kami ke Pasar Kembang, disana banyak penginapan murah walau katanya sih daerah situ merupakan kawasan prostitusi, tapi kami tetap nekat untuk menginap disana.
Motto perjalanan gue adalah safety first, jadi meskipun katanya Pasar Kembang adalah daerah prostitusi, kami juga memilih-milih penginapan mana yang kira-kira aman untuk dua anak perempuan 19 tahun.


Namanya Anda Losmen. Penjaganya juga terlihat baik. Rp100.000,00 untuk dua penghuni dengan dua tempat tidur, satu kipas angin, dan kamar mandi dalam.


Setelah beristirahat sebentar dan mandi, gue, Andina, Egi, dan Ian siap menjelajahi Jogjakarta dengan sepeda motor! Egi menyewa sepeda motor di penyewaan dekat losmen kami, gue lupa nanya Egi nama penyewaannya apa. Harga sewa motor Rp70.000/hari.



Tujuan kami hari ini adalah: kemana aja yang Egi mau.
Ternyata Egi sudah nge-list beberapa tempat yang mau Egi datangi. Salah satunya adalah tempat-tempat kuliner.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Nanamia Pizzeria.
Lokasi: Jalan Mozes Gatotkaca B10 No.17, Depok - Gejayan, Yogyakarta.
Menu yang ditawarkan adalah makanan Italia. Yang berkunjung siang hari itu pun kebanyakan bule-bule gitu. Sebenarnya pizza ini gak jauh beda sama pizza kayu bakar Kedai Kita. Enak, crispy, dan harganya cuma Rp62.000,00 untuk pizza ukuran large.



Setelah kenyang menyantap pizza, kami kemudian mencari ice cream! Kami memutuskan untuk pergi ke Marry Anne's Artisan Ice Cream & Pancake. 
Suka banget sama dekorasi ice cream shop ini. Dominan putih, banyak jendela besar, atap tinggi, ada tanaman yang merambat di dinding. Sayangnya kami kesini tepat setelah kami makan pizza yang super mengenyangkan. Jadi kami cuma kuat makan satu scoop.






Satu scoop ice cream ditemani dengan segelas air putih. Kenyang. Cheers!

Selesai makan ice cream, kami mulai menjelajahi kota Jogjakarta lagi. 
Tujuan selanjutnya adalah pantai!
Awalnya, gue, Andina dan Egi pingin ke pantai di Gunung Kidul, tapi waktu tidak memungkinkan. Jadi kita pilih destinasi yang lebih memungkinkan. Yang penting jalan. Tapi tetap, safety first!
Mari berjalan ke 27 km selatan Jogjakarta!

Setelah menempuh perjalanan satu jam lebih, kami sampai di Pantai Parangtritis!
Hwa! Super senang, akhirnya bisa ke pantai lagi setelah satu tahun lalu ke pergi ke salah satu pantai di Malang. 
Suara ombak. Air yang menyentuh kaki. Pasir yang super halus. Jarak pandang yang infinity. Biota laut. Rumah kepiting. Awan bergelantungan. Dan...sunset.




Sunrise dan sunset adalah dua keindahan yang sangat cepat berlalu. Sekali mengalihkan pandangan, saat itu juga kehilangan sebuah momen. Selamat sore Andina, Egi, Ian. Selamat sore, Jogjakarta!



Sunrise atau sunset gak pernah gue jadikan tujuan dalam suatu perjalanan. Termasuk perjalanan kali ini. Yang harus dijadikan tujuan adalah 'perjalanan' itu sendiri.
Matahari tenggelam, hari mulai malam.
Kami melangkah pulang, kembali ke Kota Jogjakarta. Melangkah ke tempat makan kesekian di hari ini: Nasi Goreng Sapi yang katanya sih enak banget gitu.

Kalau gue search di internet, namanya adalah Nasi Goreng Padmana, terletak di dekat SMA 3 Jogjakarta. Tempat makannya semacam tenda gitu, tapi bukan hanya tenda, Nasi Goreng Padmana juga menyediakan lesehan yang super panjang.
Menu yang ditawarkan adalah Nasi Goreng Sapi porsi biasa dan Nasi Goreng Sapi porsi jumbo. Nasi Goreng ini memang beneran enak, banyak potongan daging sapi dan rasanya enak. Entah harus menddeskripsikannya seperti apa.
Nasi goreng porsi biasa dijual seharga Rp12.000,00 dan nasi goreng porsi jumbo dijual seharga Rp13.000,00. Nyam.

Saat menikmati nasi goreng ini juga sesekali ada pemusik jalanan yang mampir dan menyanyikan satu-dua lagu yang enak-enak. Jogja banget.



Berkali-kali ke Jogja, gue dan Andina belum pernah mencoba kopi joss. Dan kali ini gue dan Andina bertekad untuk mencicipi kopi joss. Setelah menikmati makan malam yang nikmat, kami menuju satu destinasi lagi. Apalagi kalau bukan angkringan di daerah Stasiun Tugu Jogjakarta. Disana juga kami berjanjian dengan beberapa teman SMA yang kuliah di Jogja.
Sesampai di angkringan, kami memesan kopi joss.
Kopi joss adalah kopi yang disajikan dengan arang panas. Jadi pas minum tuh kita menikmati kopi dengan sensasi terbakar gitu. Nikmat.
Lengkap sudah apabila telah mampir ke angkringan jika kita pergi ke Jogjakarta. 
Malam ini Egi dan Ian masih menikmati kopinya di angkringan, gue dan Andina memutuskan untuk pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul 23.00. Pulang, packing, dan istirahat.



Selamat pagi Jogjakarta! Gue dan Andina bangun dari tidur pukul 06.30 kemudian bersiap-siap untuk mencetak tiket pulang untuk dua hari mendatang di Stasiun Tugu. Pagi itu sempat turun hujan cukup deras yang membuat gue dan Andina berteduh di stasiun.
Setelah hujan reda, kami melangkahkan kaki kembali di daerah Malioboro untuk mencari sarapan. Kesalahan pertama. Lagi-lagi gue dan Andina gak tau makanan apa yang recommended. Lagi-lagi yang kita lihat adalah penjual nasi pecel yang kemarin. Tapi gue gak mau makan makanan yang sama. Di sebelah penjual nasi pecel itu terdapat penjual nasi kuning. Kami memutuskan makan disitu. Lesehan. Rasa nasi kuningnya super fail. Kerupuknya melempem. Hahaha. 



Di sebelah kami ada tiga orang wisatawan. Mereka ngajak gue dan Andina ngobrol. Nanya-nanya dari mana, ngapain ke Jogja, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang cukup menjadi penawar sarapan enggak enak kali ini. Senang rasanya ngobrol dengan sesama turis. Yay.
Kemudian kami ke McD lagi, beli Hash Browns.
Duduk-duduk di McD sampai jam 10-an dan Egi yang semalam menginap di tempat temannya, Gilang, menyuruh kita pulang ke losmen dan bersiap...

Perjalanan 122 km dimulai!



NEXT DESTINATION: PRAU 2565 MDPL

No comments:

Post a Comment