Jadi, 9 Juli kemarin kalian milih apa?
Eits, ga usah dijawab. Karena gue takut bakal ada baku hantam sampai baku tembak di halaman ini.
Menurut gue pembahasan mengenai pemilu pada awalnya sangat menyenangkan. Orang-orang terlihat begitu kritis ketika diajukan pertanyaan kenapa nomor satu atau kenapa nomor dua.
Tapi semakin mendekati tanggal 9 Juli lalu, ketika berdiskusi dengan beberapa teman atau menonton mereka yang lebih mengerti dan berpengalaman di bidang politik di televisi, rasanya bukan hanya kritis yang gue dengar. Nada bicaranya semakin tinggi. Tinggi. Tinggi. Lalu membuat gue mematikan tv.
Di twitter.
Di path.
Di sosial media semacamnya,
semua orang seolah:
1. Apabila dia mendukung nomor satu, menjelek-jelekan nomor dua.
2. Apabila dia mendukung nomor dua, menjelek-jelekan nomor satu.
Yuck.
Tanggal 9 Juli.
Gue pikir semua selesai dan akan damai dan halaman twitter dan sosmed gue lainnya nggak akan ada si nomor satu dan nomor dua.
Eh ternyata. Makin seru, bung. Mulai dari quick count sana sini yang beda hasil sampai keanehan-keanehan yang terjadi di TPS.
Semua orang menjadi:
1. Segala hal yang merugikan nomor satu, pasti nomor dua pelakunya.
2. Segala hal yang merugikan nomor dua, pasti nomor satu pelakunya.
Padahal....emang iya?
Gimana kalau ada provokator?
Gimana kalau ada pihak diluar si nomor satu dan si nomor dua yang iseng aja gitu pengen lihat pesta demokrasi ini sedikit berguncang haha.
Hm. Gue gak tau dan gak mau cari tau juga sih.
Hm. Sampai saat ini gue masih melihat dunia politik gak benar-benar bersih.
Hm. Dunia politik ya. Karena gue yakin masih banyak manusia baik-baik di dalamnya.
Semoga saja.
Dalam pemilu kali ini gue enggak mendukung salah satu dari nomor satu atau nomor dua. Karena yang sebenar-benarnya gue inginkan adalah: Anies Baswedan! Haha.
Meskipun beliau menjadi salah satu tim sukses nomor dua, bukan berarti gue ikut-ikutan mendukung nomor dua dan menutup mata untuk nomor satu.
Hm.
Awalnya gue sebenernya bingung,
harus pilih satu atau dua.
Nomor satu dan dua punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Setidaknya ada tiga cara dalam mempertimbangkan pilihan.Tada!
Jika semuanya baik, pilihlah yang paling banyak kebaikannya.
Jika ada yang baik dan ada yang buruk, pilihlah yang baik.
Jika semuanya buruk, pilihlah yang paling sedikit keburukannya.
-Yusuf al Qaradawi
Pada akhirnya gue menjatuhkan pilihan kepada pasangan yang gue anggap paling sedikit keburukannya.
Awasi jalannya. Hormati hasilnya.
Dan tibalah 22 Juli yang fenomenal itu.
Dan keluarlah si pemenang.
Dia yang berhasil memenangkan suara rakyat Indonesia.
Dia yang sebelumnya berhasil memenangkan suara orang-orang DKI Jakarta.
Dia yang sebelumnya juga berhasil memenangkan suara di Surakarta.
Pilihanmu kah?
Semoga beliau bisa menjadi sosok pemimpin yang baik. Membawa perubahan baik untuk Indonesia dari segala aspek. Memberi kesejahteraan bagi rakyatnya.
Ehm, gini gini. Siapapun presidennya, semoga itulah yang terbaik untuk Indonesia.
Nomor satu dan nomor dua, keduanya adalah putra-putra terbaik bangsa yang patut kita hormati dan kita apresiasi.
Gak ada lagi lah yang namanya jelek-jelekin salah satu pihak yaaa, capek liatnya. Ga bosen apa?
Pilih nomor 1
atau nomor 2
yang penting 3: persatuan Indonesia.
Pendukung nomor satu dan pendukung nomor dua sekarang waktunya menjadi satu lagi.
Yuk semuanya kita salaman, pelukan, cantelan (cantelan adalah menyatukan kelingkinmu dengan kelingkin orang lain tanda baikan, entah itu bahasa mana ya).
“Ada yang lebih penting daripada menang-kalah dalam berkompetisi, yaitu caranya. Apakah kamu menang dengan jujur dan bermartabat, atau tidak? Apakah kamu kalah dengan jujur dan bermartabat, atau tidak? Menang atau kalah, apakah kamu mendapatkannya dengan jujur dan bermartabat, atau tidak?” -Kristy Nelwan dalam Surat untuk Pak Bowo
Dan yang terakhir,
kita sebagai warga negara Indonesia yang baik dan bermartabat,
siapapun presidennya,
apabila kita tedak bekerja keras, kita akan selalu menjadi objek jelata yang diinjak-injak penguasa.
Wassalam.
P. S.
Sayang sekali sudah beberapa hari ini gak bisa upload foto ke blogger,
padahal gue mau upload foto jari dengan tinta yang fenomenal itu, tanda telah menyuarakan suara kita sebagai warga negara yang baik untuk Indonesia yang lebih baik.
Sebagai sesama bernama Gita saya suka banget sama tulisan2nya Gita, terhibur! :-) tetap menulis ya, Gita~
ReplyDeleteHaiii terimakasih Gita (aneh ya manggil nama sendiri haha), senang sekali aku dapat pujian seperti ini. Semoga aku bisa terus menghibur kamu ya huehehe :)
Delete